Gini toh jadi asisten bidan.
Halo.
Sekarang aku lagi di PMB dan mencoba mengisi waktu luang dengan magang alias bantu-bantu jadi asisten bidan di daerah malang kota.
Nah pas selesai ukom kemarin, aku mulai uring-uringan mau ngapain lagi setelah ini. Rasanya seperti post-power-syndrome. Setelah dihajar habis-habisan sama kehidupan profesi, OSCE, dan UKOM, lalu sekarang apa? rasanya kayak kehilangan kendali dan oleng karena engga tau mau kemana, engga ada panduan, engga ada arahan.
Apa aja aktivitasku sebagai asisten bidan baru?
Satu, Bersih-bersih, ya ini pasti dan engga mungkin bisa di-elakkan. Menyapu dan mengepel lantai, menyapu halaman, menyiram tanaman, mengelap, menulis laporan, merapihkan, dan mengorganisir barang. Untungnya disini ada asisten rumah tangga. Jadi asisten bidan tugasnya lebih fokus ke lokasi praktek bidannya aja. (Kadang ada asisten bidan yang ikut nyambi bantu kerjaan pribadi kayak menyapu rumah, mencuci piring keluarga bidannya, dkk). Awalnya sedih banget ya, sekolah mahal-mahal kenapa kerjaannya mirip ART. Tapi jangan sedih, tempat yg kayak gitu kebanyakan hanya oknum. Ditempat lain banyak bidan yang memperlakukan asistennya secara profesional. Jadi silahkan memilih mau ngasisten di PMB yang kayak gimana.
Dua, melayani pasien. Lokasi magangku sekarang, kalau shift pagi asisten boleh ngasi pengobatan pasien balita, umum, ANC, dan KB (kalau pasiennya mau). Kalau shift sore biasanya asisten bantu pemeriksaan ttv, nanti pemeriksaan lanjutannya dilakuin sama bidannya sendiri.
Engga banyak memang, secara garis besar hanya 2 hal itu. Cuma mungkin yang harus diperhatikan adalah perintilan lain ya. Karena magang ini mengharuskan aku tinggal di PMB yang berarti satu atap dengan bidan dan keluarganya. Jadi seakan tidak ada privacy selain saat jam tidur. Keluarga bidannya bisa saja minta tolong sewaktu-waktu. Ya kurang lebih rasanya seperti tinggal sama saudara, cuma punya tanggung jawab menjaga praktik bidan. Jadi jangan kaget kalau saat jadi asisten bidan, pas pasien sepi diminta tolong angkat jemuran, beli barang ke toko, beli token listrik, beli sayur kepasar, dll. Ya udah ya, dilakuin aja. Waktu kuliah dulu juga jadi panitia acara yang tidak dibayar dengan berkedok mengasah "softskill dan kemampuan organisasi", sepertinya tidak ada bedanya. Disini kan juga mengasah kemampuan.
Lanjut istirahat siang 2 jam, biasanya aku pakai buat cuci / setrika baju pribadi, pergi ke indomaret, tidur siang, atau youtube-an sambil rebahan.
Shift sore mulai, jam 3an kita bersih-bersih sama seperti saat pagi, lanjut mandi dan prepare. Jam 16.00 sudah selesai mandi dan stand by di meja PMB. Biasanya kalau sore pasiennya lebih banyak. Standby sampai PMB tutup.
Malam setelah PMB tutup, lanjut siap-siap tidur dan mengulang lagi aktivitas tadi dari jam 5 pagi. Monoton? iya. Makannya kalau bisa sambil cari-cari webinar atau nonton video youtube yang sekiranya bisa nambah pengalaman.
Dulu waktu masih kuliah pre-klinik bangun pagi untuk bersih-bersih dan mandi rasanya bakal emohh. Tapi setelah profesi dan paham kalau kita ikut sama bidan senior rules yg berlaku "dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung" Kita perlu ilmu dari beliau, maka silahkan beradaptasi. Kalau merasa ada yang tidak sesuai dari perlakuan bidannya, cari tau dulu alasannya. Jika masih tidak bisa menerima silahkan di sampaikan, atau mungkin cari saja tempat belajar lain yang lebih sesuai. Selalu ada jalan, dan pilihan.
Lalu gimana dengan gajinya? Sebagai fresh graduate tenaga kesehatan, sepertinya nasib kita engga jauh beda dengan guru. Kadang pendapatan dilihat dari pengalaman dan target market pelayanan. Apakah pasien yang kita layani menengah keatas atau kebawah. Jadi kalau asisten bidan fee nya bervariasi, mulai dari 500 rb sampai 2 jt biasanya. Ada juga yang ngasi fee setiap tindakan. Misal fee persalinan, imunisasi, KB dan lain lain. Kalau aku disini kebetulan dapatnya <1jt.
Menurutku itu termasuk lumayan, karena aku sendiri freshgraduate yang belum punya STR, belum punya sertifikasi tertentu jadi untuk pelayanan mayor (persalinan, KB IUD, Implan) belum berani, jadi sampe sekarang masih berperan sebagai asisten dan pengamat.
Apa uang itu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, skincare, jajan? Akan aku bahas postingan selanjutnya.
Jadi engga perlu sedih kalau kerja di PMB, memang fee nya tidak banyak. Tapi pengalaman dan pelajarannya jauh lebih banyak. Karena bisa bersentuhan langsung dengan pasien dan bisa lihat-tiru-modif cara pelayanan disana. Siapa tau bisa jadi bekal kita kalau buka PMB nanti, atau minimal buat referensi kita nanti deh kalau sudah hamil, kita mau periksa ke PMB yang kayak gimana dan apakah harga yang kita bayar itu worth it dengan pelayanan dan perintilan yang diberikan.
Mungkin itu dulu ya, oiya jadi asisten memang sering engga enaknya haha. Tapi aku rasa jadi asisten bidan adalah salah satu cara belajar dan cari pengalaman yang cocok buat freshgraduate. Yaa sama kayak kuliah lah ya, siapa sih yang seneng ngerjain tugas bejibun, presentasi tiap hari sampe engga tidur-tidur, tapi lihat sekarang tetep lulus dan bangga kan sudah berhasil lulus. Nah sama kayak ngasisten, kalau niat jadi asisten buat belajar yang kurang lebih sama kayak gitu, siapa sih yang bahagia kehilangan jam tidur, begadang nungguin observasi partus, gaji dibawah UMR dan nyambi bantu-bantu kegaiatan rumah tangga orang. Tapi balik lagi ya, kalau aku sendiri tujuannya memang bukan cuan.
Nanti setelah STR terbit dan udah ada bekal dari ikut sertifikasi (APN/CTU/PPGDON/MU), pastinya fee akan naik dengan sendirinya. Apalagi kalau ada keahlian lain kayak pelatihan doula / pendamping persalinan, instruktur prenatal yoga, terapis baby spa, konselor laktasi, nah pasti akan sangat berpengaruh karena ada sidehustle dan penghasilan tambahan.
Jadi mulai sekarang tentukan dulu ya apa yang mau dicari, dan kemana mau mencari. Kalau mau cari cuan, kayaknya PMB memang bukan jawabannya.
Komentar
Posting Komentar